Minggu, 31 Juli 2016

Peran “Ada Gula Ada Semut” Industri Berbasis Tebu dalam Menopang Perekonomian Nasional

Peran “Ada Gula Ada Semut” Industri Berbasis Tebu dalam Menopang Perekonomian Nasional
 
Keberadaan industri berbasis tebu memegang peranan penting demi kelangsungan hidup sehari-hari. Gula yang keberadaannya banyak dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu industri penting yang wajib diperhitungkan di Indonesia. Di era yang semakin sulit dalam mencari pekerjaan, banyak pengangguran yang akhirnya mencoba peruntungan melalui wirausaha. Dari gula akhirnya banyak industri kecil bermunculan di tanah air yang membutuhkan pasokan gula. Mulai dari pedagang kaki lima yang menjual aneka minuman manis, penjual kue cubit di sekolah-sekolah, hingga produsen es krim. Masih banyak industri lain yang akhirnya muncul dari komoditas gula seperti industri besar makanan dan minuman yang telah berdiri. 
 
Jika berbicara mengenai gula dalam skala rumah tangga, setiap rumah tangga pasti membutuhkan ketersediaan gula di rumahnya untuk memasak hingga menjamu tamu yang sedang berkunjung dengan secangkir minuman manis. Apa rasanya secangkir teh tanpa gula ketika bertamu.
 
Banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan gula antara lain tebu, aren, dan kelapa. Di Indonesia, gula yang banyak dibutuhkan masyarakat adalah gula dari industri berbasis tebu. Gula dibuat melalui serangkaian proses dengan memanfaatkan tanaman tebu.

Komoditas yang tersusun atas sukrosa ini diproduksi oleh PG (Pabrik Gula) swasta maupun PG milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Menurut Dewan Gula Indonesia, lebih dari 60 PG berdiri di Indonesia. Mayoritas gula-gula tersebut diproduksi oleh PG BUMN seperti PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan sebagainya, sedangkan sisanya adalah PG swasta. 
 
Salah satu PG BUMN sebagai penghasil gula terbesar adalah PTPN XI. Gula yang dihasilkan oleh PTPN XI adalah Gula Kristal Putih (GKP) berbasis tebu dan merupakan produk utama mereka. Sampai saat ini, PTPN XI memiliki 16 PG yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur seperti PG Djatiroto, PG Semboro, PG Wringinanom, dan lain-lain. Setiap bulannya, PTPN XI mampu memproduksi 30.000 hingga 40.000 ton gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. 
 
Industri gula mampu menyerap tenaga kerja secara langsung sebagai petani tebu, pegawai PG, dan lain lain. Tidak hanya itu, ia juga mampu menyerap tenaga kerja secara tidak langsung melalui UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang berdiri yang menggantungkan usahanya pada gula. Industri lain yang mengakar dari PG, nantinya akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Meningkatnya jumlah orang yang memiliki pekerjaan akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada sehingga bisa mempercepat perekonomian nasional. Dari sini sudah sangat kentara sekali peran signifikan industri berbasis tebu dalam menopang perekonomian dalam negeri. Mereka semua mengandalkan pasokan gula setiap harinya untuk menjaga agar usaha mereka tidak lumpuh. 
 
Selain itu, PG sendiri juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak karena memanfaatkan tebu dari petani. Disini, perekonomian pedesaan juga ikut ditopang oleh industri berbasis tebu. Jika setiap unit PG mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja, berapa banyak tenaga kerja yang sudah diserap oleh seluruh PG yang ada di Indonesia.
 
Ketika harga gula mengalami kenaikan yang dipicu oleh faktor supply dan demand, PG ikut mengambil peranan penting dalam menekan harga gula untuk masyarakat. Baru-baru ini pemerintah provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan PTPN XI untuk menekan harga gula tersebut. Gula yang dijual ditargetkan bisa mencapai 30.000 hingga 40.000 ton. Dari sini akan sangat terasa sekali peran PG dalam membantu perekonomian nasional dengan menjual gula murah sebesar Rp 12.000 per kilogramnya. Masyarakat bisa mendapatkan gula dengan harga terjangkau. Harga tersebut merupakan harga nasional, bukan harga regional. Kenaikan harga gula yang dipicu faktor supply bisa dipengaruhi oleh faktor anomali cuaca. Saat hujan, produksi gula di Indonesia mengalami kesulitan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gula nasional. 
 
Pada tahun 2016 ini, PTPN XI berupaya untuk meningkatkan produksi gula hingga mencapai angka 450.000 ton dengan target rendemen mencapai 8,04 persen. Target ini sama seperti yang ditargetkan oleh pemerintah. Upaya peningkatan produksi tersebut mengalami kenaikan sebesar 45.000 ton dari 405.000 ton pada tahun 2015. 
 
Sepertinya peribahasa "ada gula ada semut" layak disandingkan dengan signifikansi industri berbasis tebu di Indonesia. Dimana banyak rezeki, disitulah banyak orang mendatanginya. Seperti yang telah disebutkan diatas, banyak perusahaan kecil, UMKM, hingga industri besar yang menggunakan dan membutuhkan gula dalam mengembangkan produk mereka. 
 
Mengingat pentingnya peran PG atau industri berbasis tebu di Indonesia dalam percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, berbagai dukungan pun datang dari pemerintah. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah melakukan upaya dalam membangun industri gula nasional melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan menyiapkan lahan seluas 380.000 hektar untuk 13 PG yang sudah ada. Untuk upaya intensifikasi dilakukan melalui perbaikan ratoon, persiapan bibit unggul, serta perbaikan PG. Intensifikasi yang dilakukan pemerintah terhadap PG BUMN lebih menitikberatkan pada peningkatan produksi, perbaikan rendemen, perbaikan bibit dan ratoon
 
Kementerian Perindustrian juga mendukung perluasan pembangunan PG di Indonesia seperti halnya yang dilakukan untuk PT PG Gorontalo melalui perluasan pabrik dari Sulawesi Tenggara ke daerah lain. Upaya dukungan terhadap produsen gula untuk perekonomian Indonesia yang lebih baik bisa dilakukan melalui berbagai cara. Selain perluasan dan perbaikan PG, dukungan yang bisa diberikan untuk industri berbasis tebu adalah melalui kebijakan atau regulasi yang berpihak terhadap produsen namun juga tidak merugikan masyarakat atau konsumen. 
 
Itulah mengapa dukungan yang pro PG diperlukan. Dengan adanya dukungan-dukungan tersebut diharapkan produksi gula di Indonesia mampu mencukupi kebutuhan gula nasional. Impor gula pun bisa ditekan, bahkan bukan tidak mungkin Indonesia bisa kembali menjadi negara swasembada gula suatu saat nanti untuk mengulang sejarah seperti pada tahun 1930 silam. Kini negara penghasil gula terbesar diduduki oleh negara-negara lain seperti Australia, Brazil, dan Thailand.
 
Jika Indonesia masih punya mimpi menjadi negara swasembada gula, jangan sampai PG lumpuh hanya karena minimnya dukungan. Jangan sampai penutupan PG yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya terulang kembali karena tidak mampu bersaing dengan gula impor, masalah penjarahan lahan, atau dinilai kurang produktif. Apalagi mengingat peran industri gula yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, serta kebutuhan gula nasional yang masih sangat tinggi. 

____________________________________________________________________
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Penulisan Jurnalistik PTPN XI 2016 kategori umum/netizen dengan tema: Peran Industri Berbasis Tebu dalam Perekonomian Nasional dan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar